Sunday, July 27, 2014

Antara Para Pendeta KKR, Indonesia dan Papua

0 comments
Oleh : Br. Benny Giay, TabloidJubi

Jayapura, 21/7 (Jubi) – Beberapa tahun terakhir ini Papua menjadi berita, baik media nasional (di Jakarta) maupun di luar. Pokok masalahnya tidak lain dari ‘Papua yang terus direkayasa menjadi tetap pada posisinya ‘sebagai situs pertumpahan darah’ oleh Jakarta dan berbagai pihak.

Menyikapi kondisi papua yang demikian, sejumlah aktivis dan lembaga internasional dalam 10 tahun terakhir mendesak Indonesia untuk memberi ijin kepada wartawan, pengamat dan pekerja kemanusiaan untuk mengunjungi Papua.

1. Apa tanggapan Indonesia?

Dalam suasana Papua yang demikian, Indonesia semakin kencang atau rajin mengundang para Pendeta yang bikin Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) mulai di lapangan Mandala (Jayapura), Trikora (Abepura) maupun Lapangan Theys (Makam Theys) Sentani. Mulai dengan Paul Youngeren, Susana sampai Benny Hinn dan selanjutnya siapa lagi?

Para pendeta KKR ini dalam suasana demikian tidak datang bla-bla atau bicara dalam ruang kosong. Mereka datang bicara di Tanah Papua yang sedang diperebutkan dua makhluk: Papua dan Indonesia. Dua pihak yang punya kepentingan eksistensi masa depan. Dua pihak yang berupaya saling menghilangkan satu dengan yang lain. Ketika Indonesia mengijinkan Pdt KKR itu ke Papua mengadakan KKR, ia punya perhitungan matang agar pihaknya mendapat keuntungan atau kredit point dari kegiatan ini. Indonesia tidak mungkin kasih cek kosong ke Pendeta KKR ini.

Sebaliknya para Pendeta KKR seperti Benny Hinn, dia tau bahwa dia tidak datang semata-mata sebagai “utusan Tuhan” seperti yang diduga warga jemaat Kingmi, menurut versi (Alkitab) Amsal Soleman. Alias tidak berhikmat. Asal bicara. Merasa diri inti sehingga asal memberi komentar di facebook mendukung KKR demikian; tanpa melihat masalah demikian secara utuh. Melihat dunia sekitarnya tanpa memperhitungkan para aktor yang mengendalikan kehidupan keseharian masyarakat negeri ini yang telah diposisikan sebagai “yang lain” yang perlu diawasi oleh Jakarta.

Artinya dalam Sejarah Gereja (Amerika Selatan para penguasa militer) para Pendeta KKR demikian sering bekerja sama dengan penguasa yang haus darah dan haus kekuasaan. Para Pendeta KKR dalam kasus demikian diberi ijin dan dana tetapi dengan kesepakatan “penyampaian atau kotbahnya tidak boleh menyentuh dosa dan menelanjangi kejahatan struktural yang membuat rakyat negara-negara itu hidup dalam rawa-rawa kemiskinan”.

2. Kepentingan Pendeta KKR

Dari sisi Pendeta KKR, ini tidak masalah. OK OK saja. Karena dua hal. Pertama, dia (si Pendeta KKR) itu bisa membela diri: ‘pihaknya hanya dipanggil untuk membasmi dosa-dosa diri pribadi. Manusia yang otonom dari sentuhan ideologi dan kebijakan publik penguasa tadi. Sambil mengutip ayat-ayat Alkitab, pihaknya bisa bersembunyi dan mengakui tidak ada urusan dengan lingkungan sosial yang dikendalikan para penguasa tadi melalui kebijakan publik degeneratif; yang mendatangkan penderitaan sosial yang tidak sedikit di pihak Papua selama bertahun-tahun.

Kedua, para Pendeta KKR itu sendiri punya Yayasan atau Lembaga dan program yang mereka harus biayai seperti: Tim KKRnya, Universitas, Program Radio, yang mereka percayakan kepada Tim profesional yang dia harus biayai. KKR ini selain menjadi wadah pemberitaan “kabar gembira”, mereka gunakan kegiatan ini untuk mencari dana untuk merencanakan kegiatan KKR selanjutnya di negara lain dengan poster “orang-orang Papua yang sedang menghadiri KKRnya”, sehingga orang Papua dipakai lagi untuk mencari dana untuk membiayai proyek lainnya yang disebutkan di atas.

Kalau orang Papua bertanya kepada dia: “Tuan Hynn, apa dan mengapa dalam hal dana ini”? Nanti Pendeta KKR dengan enteng akan menjawab, Sori, Sory no free lunch. Kau harus bayar makan siang. Tidak ada makan siang gratis di dunia ini. (Jubi/Adm)

Penulis adalah Ketua Sinode Kingmi Papua.

Opini ini telah dipublikasikan di Antara Para Pendeta Kkr, Indonesia dan Papua dan telah disunting seperlunya.

Tuli Mendengar, Buta Melihat, dan Lumpuh Berjalan

0 comments
Kami sampaikan kepada semua pihak bahwa Pdt. Benny Hinn ialah NABI PALSU yang dikatakan oleh Dr. Pdt. Benny Giay sebagai pendeta mata-uang dan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong sebagai Nabi Palsu.

Kami minta maaf kepada semua orang Papua dan orang Kristen yang tertipu oleh pelayanan-Nya. Negara ikut menipu rakyat Papua dengan menghadirkan NABI Palsu ke Tanah Papua.

  1. Benny Hinn Nabi Palsu
  2. Benny Hinn Nabi Palsu oleh Pdt. Dr. Stephen Tong
  3. Antara Pendeta KKR, Indonesia dan Papua, Pdt. Dr. Benny Giay


Sabtu, 26 Juli 2014 15:50, BP

Benny HinnJAYAPURA – Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Perkataan iman itu benar-benar nyata dalam pesta akbar Rohani yaitu Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) bertajuk KKR Transformasi Papua yang dilayani Pastor Benny Hinn asal USA. Di mana dalam KKR yang sebelumnya dibuka secara resmi Sekda Papua, TEA Hery Dosinaen, S.IP, mewakili Gubernur Papua itu banyak mujizat terjadi. Antara lain, orang tuli bisa mendengar kembali setelah dilawat Tuhan. Demikian juga salah seorang ibu yang mengaku sudah 7 tahun tidak bisa melihat, namun setelah didoakan dalam KKR tersebut dia dilawat Tuhan sehingga mengalami kesembuhan, bisa melihat kembali. Sedangkan salah satu bapak yang sebelumnya lumpuh akibat mengalami kecelakaan lalulintas, juga dapat berjalan kembali. Setiap umat yang mengalami kesembuhan diberikan kesempatan untuk naik podium menyaksikan mujizat yang dialaminya. Hal ini membuktikan bahwa mujizat itu benar-benar nyata. Mujizat yang terjadi ketika zaman Tuhan Yesus masih berada di bumi masih berlaku sampai sekarang, bahkan untuk masa yang akan datang.

“Mujizat itu masih berlaku sampai sekarang,”jelas Pastor Benny Hinn di depan ratusan ribu umat yang hadiri. Estimasi panitia menyebutkan ada 300 sampai 400 ribu umat yang memadati Lapangan Papua Bangkit, atau Lapangan AURI belakang Lanud Jayapura, Sentani, Kabupaten Jayapura-Papua.

Pantauan Bintang Papua sejak dari siang umat Tuhan itu mulai berdatangan ke lokasi KKR hingga pada malam hari. Mengingat banyaknya umat yang datang, maka kemacetan sepanjang jalan Utama Menuju Gunung Merah tak dapat dihindari. Agenda hari ini ada Seminar yang dipusatkan di Auditorium Uncen, dimulai pukul 10.00 WIT. Sementara KKR malam kedua atau terakhir di lapangan Papua Bangkit dimulai pukul 17.00 WIT. Lawatan Tuhan diharapkan tambah dahsyat lagi di malam kedua ini, sehingga diharapkan semakin banyak umat yang datang mengalami mujizat Tuhan.

Sebagaimana diketahui, mengingat seriusnya acara ini, maka pihak Kepolisian Daerah Papua menurunkan 1.000 personel yang terdiri terdiri dari 700 personel Polri dan 300 TNI, untuk melakukan pengamanan peserta KKR Transformasi Papua.(don/don/l03)

Monday, July 21, 2014

Pemprov Bantu Lembaga Keagamaan Rp20 Miliar

0 comments
JAYAPURA — Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan Kemasyarakatan Naftali Yogi mengungkapkan jika tahun ini pemerintah Provinsi Papua melalui SKPD yang ia pimpin saat ini telah mengalokasikan dana bantuan bagi lembaga keagamaan hingga Rp20 Miliar.

Dijelaskannya, setelah Biro Kesra dan kemasyarakatan dibentuk, bantuan kepada lembaga keagamaan ada di SKPD tersebut namun fisik uangnya ada di BPKAD. “Dan itu kami bersyukur, biarlah secara administrasi kami yang pegang dan uang ada disana, lalu ketika pembayaran atau penyerahan bantuan uang kepada lembaga keagamaan kami selalu dilibatkan,” tuturnya.

Hingga kini bantuan tersebut masih diproses untuk dapat diserahkan kepada beberapa lembaga keagamaan. “Secara administrasi kami sedang protes, mungkin dalam waktu dekat akan kami serahkan,” ucapnya ketika ditemui wartawan diruang kerjanya, pada Jumat (18/7) lalu.

Dana pembinaan keagamaan, kata Yogi, fokusnya diberikan kepada pimpinan lembaga, seperti Sinode kepada Ketua Daerah, lalu Pimpinan dari Umat Hindu, Islam, nanti program mereka disesuaikan dengan dana yang diberikan.

Lebih jauh, Yogi menjelaskan Biro Kesra dan Kemasyarakat terus melakukan pendataan kepada lembaga keagamaan, ibaratnya seperti Menkokesra, jadi SKPD sifatnya memiliki data dan lalu bekerjasama dengan beberapa SKPD teknis terkait, misalnya Pendidikan, Olahraga, Kesehatan.

“Sementara kami lagi garap sesuai dengan kondisi objektif, bagaimana sekarang pemuda pengangguran karena tidak ada lapangan kerja, lalu terjun dalam dunia yang kita tidak inginkan, kemudian bagaimana mereka ini kami manusiakan. Tapi secar fisik kami tidak punya, tapi kami punya data, jadi kami secara khusus menyiapkan data yang autentik, lalu kami nantinya berkoordinasi dengan instansi terkait yang ada,”  terangnya. (ds/art/lo2)
 

The Gospel of Melanesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com