Monday, June 2, 2014

Antara Fenomena dan Harapan

0 comments
Oleh:  Roni (Keuskupan: Manokwari - Sorong)

Pengantar

               Tulisan ini saya buat, selain sebagai pemenuhan akan tugas, tetapi juga mau menelusuri, memahami dan merefleksikan tentang kehidupan manusia yang saling menindas satu sama  lainnya. Penindasan, pejajahan dan “point-point” yang lain semacam itu sudah ada sejak zaman dulu. hal ini memang tak dapat dipungkiri dan serasa selalu berdampingan dengan hidup manusia. Sehingga, saya perlu merefleksikan hal ini karena selain menarik buat saya, juga mau menambah pengetahuan saya sebagai calon imam yang memang harus tahu tentang ini. Juga mau menjawab akan pentingnya hidup refleksi.” Hidup tanpa refleksi adalah sebuah kesia-siaan belaka”, kata seorang filsuf kuno, socrates. Oleh karena itu, saya mau mengoreskan sedikit refleksi saya tentang masalah ini.

Situasi Bangsa Israel

               Kata penindasan, penjajahan sudah tidak asing lagi buat saya. Kata – kata sejenis ini sudah sering dilakukan oleh manusia sejak dulu. hal ini bisa dilihat dari situasi bangsa israel yang ditindas oleh bangsa mesir. Salah satu penindasan yang dialami oleh bangsa israel ialah dipekerjakan secara paksa. Hal ini sangat terlihat pada masa itu. Penindasan bangsa mesir terhadap bangsa israel bisa dibaca dalam kitab keluaran dan secara khusus pada bab satu. Disini dituliskan bagaimana kesulitan hidup yang dialami oleh  bangsa israel. Penindasan demi penindasan terus dilancarkan oleh bangsa mesir kepada bangsa israel. Penindasan ini harus diterima bangsa israel walaupun dengan terpaksa. Bangsa israel sangat dibuat derita oleh bangsa mesir. Sangkin deritanya sampai-sampai mereka merasa ditinggalkan oleh Allah. Mereka sungguh merasakan kepahitan hidup yang didapat dari bangsa mesir. Namun, dibalik penderitaan itu Allah mempunyai recana lain. Allah mengirimkan seorang penolong yang bisa membawa mereka keluar dari penderitaan yang besar ini. Tokoh yang dipercayakan oleh Tuhan untuk membawa bangsa israel keluar dari mesir ialah Musa. Dengan campur tangan dari Tuhan. Musa mampu membawa bangsa israel keluar dari mesir. Berbagai macam perasaan yang muncul dari bangsa mesir. Mereka marah, tidak terima diperlakukan seperti itu oleh bangsa mesir. Namun, kemampuan mereka untuk melawan belum memungkinkan.
                  Penindasan, kerja paksa yang dilakukan oleh bangsa mesir terhadap bangsa israel. Sebenarnya mau menjawab kegelisahan, kecemasan dan ketakutan bangsa mesir terhadap bangsa israel. Bangsa mesir merasa terancam melihat jumlah bangsa israel yang mengalami pertambahan dari saat ke saat. Sampai-sampai jumlah meraka jauh lebih banyak dari bangsa mesir. Dengan ketakutan inilah yang membuat mereka semakin semena-mena dalam memperlakukan bangsa israel.
                 Dengan kegagahan dan ketangguhan Musa yang berasal dari Allah. Membuat Musa mampu mengalahkan Raja Firaun dan bisa membawa bangsa israel keluar dari mesir. Harapan untuk bebas mulai muncul melalui wajah Musa. Dengan ini juga membuat bangsa israel semakin yakin bahwa Allah ada dipihak mereka. Walaupun dalam perjalanan waktu terkadang mereka meninggalkan Allah.

Bagaimana Dengan Situasi di Papua?

                 Apa yang dialami bangsa papua tidak berbeda jauh dengan apa yang dialami bangsa israel pada masa itu. Masyarakat papua memang bebas dari penjajahan dan penindasan bangsa Belanda. Tetapi sampai sekarang masyarakat papua hidupnya tidak makmur, aman karena masih adanya penindasan dan kekerasan dari bangsanya sendiri yaitu bangsa indonesia. Kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan indonesia terhadap masyarakat papua sudah seringkali terjadi diseluruh wilayah papua. Sebenarnya, hal apa yang menyebabkan penindasan dari aparat indonesia terhadap masyarakat papua bisa terjadi??? Menurut hemat saya yang bertolak dari apa yang dialami bangsa israel ialah, pihak pemerintahan indonesia merasa terancam dengan sorakan dan tindakan – tindakan dari para tokoh pejuang papua dan masyarakat papua sendiri yang berbau pemisahan diri dari masyarakat indonesia. Masyarakat papua ingin hidup makmur dan bebas dari penindasan yang sampai sekarang masih terjadi. Selain itu, berdasarkan sejarahnya juga sebenarnya orang – orang papua sudah dinyatakan merdeka sejak tahun 1961. Sehingga, pantaslah masyarakat papua meneriakan “kembalikan kemerdekaan kami” ditengah situasi yang semakin hancur untuk orang – orang papua.
                 Teriakan dan tindakan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang papua dan masyarakat papua untuk merdeka. Sekali saya katakan kalau hal itu membuat pihak pemerintahan tidak nyaman. Pihak pemeritah merasa bahwa akan terjadi kerugian yang sangat besar apabila mereka menghendaki atau mengabulkan apa yang menjadi keinginan dari masyarakat papua saat ini. Dengan ini membuat pihak pemerintah harus menurunkan aparat keamanan dengan jumlah besar ke tempat – tempat yang dianggap berbahaya, perlu dan mendesak. Tempat – tempat seperti itulah diletakkan banyak aparat keamanan indonesia.
                Dengan adanya aparat keamanan tidak membuat masyarakat papua merasa aman,  nyaman. Malah sebaliknya. Masyarakat papua diperlakukan secara kasar, tidak layak sampai pada tingkat pembunuhan. Seakan – akan pihak pemerintah mengijinkan aparat untuk membunuh siapa saja yang dianggap bisa mengacam program dan tujuan dari pemerintah. Salah satu tokoh yang dibunuh karena dianggap mengacam pemerintah pusat ialah Theis. Ia dibunuh karena ia adalah tokoh yang berpengaruh dalam masalah ini, masalah kemerdekaan papua. Perlu diketahui bahwa pembunuhan ini tidak hanya terjadi pada theis, tetapi juga dialami oleh ribuan masyarakat papua. Disini terjadi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) secara besar – besaran.
               Masalah seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Masalah yang terjadi tidak hanya melanggar tata hukum negara, tetapi juga juga gereja. Saya sebagai umat katolik dan juga calon imam, apa yang harus saya lakukan melihat situasi yang seperti ini? Apakah saya juga harus memperjuangkan kemerdekaan atau tidak??? Kalau masalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM), masalah pelanggaran harkat matabat manusia. saya sebagai calon imam memang harus memperjuankan hal tersebut. Tetapi kalau kemerdekaan, apakah menjadi sebagian besar dari tugas seorang pastor???
               Saya belum bisa memberikan solusi, karena saya juga belum terlalu paham dengan masalah – masalah seperti ini. Namun, masyarakat papua memang butuh dibela, butuh sosok Musa yang bisa membawa masyarakat papua kearah kemakmuran hidup. Siapakah orang yang memiliki sosok seperti Musa, bisa membawa masyakat papua kekehidupan yang damai dan sejahtera dengan berlandaskan pada Yesus Kristus???

Kesimpulan

            Semua makluk ciptaan Tuhan mengiginkan kehidupan yang nyaman dan aman. Demikian pula dengan manusia yang juga merupakan ciptaan Tuhan. Mengiginkan kebahagian, kebesan dan kemakmuran dalam hidup. Masyarakat israel dan masyarakat papua dalam hal ini mengiginkan kebahagian hidup. Selain itu, manusia juga tidak mau kebahagian dan tujuannya terancam. Terlebih para penguasa. Sehingga, ketika mereka merasa terancam. Mereka akan melakukan berbagai macam cara untuk melindungi tujuan atau program yang sudah mereka buat. Agar kebahagian mereka tetap terjamin. Itulah yang saya tangkap dari situasi bangsa israel dengan penjajahnya yaitu bangsa mesir dan situasi masyarakat papua dengan penjajahnya yaitu pemerintahan pusat bersama dengan tangan – tangannya.


SELAMAT MEMBACA

KEBEBEBASAN SEBAGAI ‘KANAANNYA ‘ ORANG PAPUA

0 comments
Oleh : Evas Kramandondo (Keuskupan Manokwari-Sorong)

Situasi Bangsa Israel dalam Kitab Suci Perjanjian Lama

Dalam Kitab Kejadian, tertulis bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Semua yang diciptakan Tuhan itu sempurna dan baik adanya menurut penilaian Tuhan dan bukan menurut penilaian manusia. Dalam hal ini, Tuhan menciptakan bumi dengan sangat sempurna. Daratan dan lautan, gunung dan lembah, hutan dan sungai, danau, tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta segala sesuatu itu diciptakan dengan sangat sempurna. Tidak ada kekurangan apapun dalam proses penciptaan serta hasil ciptaan itu sendiri. Dengan sabdanya yang dahsyat Ia menciptakan semuanya itu termasuk kita manusia.

Manusia sebagai yang diciptakan paling terakhir merupakan makhluk yang paling luhur di antara semua ciptaan yang lain. Sebagai ciptaan yang luhur, manusia diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaga, memelihara dan melestarikan ciptaan Allah itu. Maka sebagai manusia, siapa saja wajib melaksanakan tugas utama manusia itu semasa hidupnya. Tugas ini merupakan tugas paling pokok yang ditugaskan oleh Tuhan kepada kita manusia sejak pertama kali manusia diciptakan. Manusia wajib menjalankan tugas pemeliharaan itu, bukannya ciptaan Allah itu dirusak, dieksploitasi dan dikeruk hingga menyebabkan kerusakan yang besar pada seluruh aspek kehidupan yang telah diciptakan Allah dengan baik itu.

Bagi bangsa Israel, seluruh semesta alam semata-mata adalah karya Allah sendiri. Kepercayaan bangsa Israel ini tampak jelas pada puji-pujian yang dipersembahkan bangsa Israel dalam kitab-kitab Mazmur dan Kidung Agung. Mereka merefleksikan bahwa betapa luhur nilai tubuh manusia itu berdasarkan sejarah penciptaannya. Mereka meyakini bahwa manusia adalah makhluk paling luhur yang diciptakan Allah karena Allah menciptakan manusia seturut gambar dan rupa Allah sendiri.

“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kej. 1:26)

Kutipan teks Kitab Kejadian ini menunjukan bahwa harga diri manusia itu sangat tinggi dan tidak boleh diinjak injak karena manusia adalah gambar Allah yang Maha Tinggi itu sendiri.

Persepsi Bangsa Israel bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan Bangsa Israel adalah bangsa terpilih inilah yang membuat bangsa israel ingin keluar dari penindasan oleh Bangsa Mesir semasa pembuangan di tanah Mesir. Masakan sebagai bangsa yang dipilih, bangsa Israel harus ditindas oleh bangsa lain; masakan sebagai manusia yang luhur harus diperlakukan layaknya binatang.

Bangsa Israel benar-benar tertekan oleh situasi yang seperti ini. Ada suatu kerinduan untuk membebaskan diri dari penindasan itu, namun tak ada keberanian untuk itu. Padahal bangsa Israel adalah bangsa yang besar. Mereka memiliki kekuatan untuk bisa bebas, namun mereka tidak memiliki keberaian untuk keluar dari penindasan itu.

Hal yang membuat mereka tidak berani adalah bahwa mereka tidak memiliki angkatan perang yang mampu membela ketidakadilan yang terjadi dan tidak ada sosok seorang pejuang yang bisa mengobarkan semangat mereka untuk membebaskan diri dari penindasan itu.  Hari-harian ditindas pun menciptakan Trauma  yang cukup berat. Mereka menjadi takut untuk mencoba membebaskan diri dari penindasan. Hal ini terjadi terus-menerus hingga bangsa Israel hanya terjerat dalam ketertindasan.

Sebelum penindasan, Yusuf sebagai leluhur Bangsa Israel yang ada di Mesir membantu Firaun untuk memapankan pemerintahannya. Karena Yusuf seluruh tanah Mesir dapat selamat dari bencana kelaparan. Yusuf diangkat menjadi penguasa atas seluruh tanah Mesir. Namun kesuksesan ini hanya bertahan sebentar. Ketika Firaun yang baru muncul maka bangsa Israel ditindas. Penindasan ini berlangsung hingga Allah sendiri yang kemudian bertindak untuk bangsa Israel.

Kerinduan bangsa Israel untuk bebas dari penindasan ini akhirnya terjawab dengan kehadiran Musa. Musa muncul sebagai sosok pahlawan yang diutus Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari belenggu penindasan. Musa adalah orang Israel yang besar dalam keluarga Firaun. Meski dibesarkan oleh keluarga Firaun, ia tetap berpihak pada bangsanya. Ia sendiri dengan kuasa Tuhan berjuang menghadap Firaun untuk meminta pembebasan Israel dan menulahi Bangsa Mesir hingga akhirnya bangsa israel bisa bebas dan dituntunnyalah bangsa itu melewati padang gurun hingga sampai pada tanah terjanji (Kanaan).
Dalam perjalanan menuju tanah terjanji, bangsa Israel kerap kali berbuat dosa sehingga bangsa Israel harus menerima hukuman yang ditimpakan Tuhan atas mereka. Mereka harus menderita dan menanggung beban dosa yang telah diperbuat mereka. Penderitaan ini dialami bangsa Israel selama kurang lebih 40 tahun lamanya. Tuhan hanya mengijinkan anak-anak dari orang-orang Israel yang keluar dari Mesir itu yang bisa menikmati kebebasan di Tanah Terjanji. Dan terjadilah demikian, bangsa Israel bebas namun yang merasakan hal itu adalah anak cucu mereka yang lahir setelah Bangsa Israel keluar dari Mesir.

Bagaimana dengan Situasi Bangsa Papua?

Situasi orang Papua saat ini tidak jauh berbeda dengan situasi bangsa israel pada masa Perjanjian Lama dalam kitab suci itu. Yang berbeda adalah,  Apabila bangsa Israel mengalami penindasan di negeri orang, bangsa Papua mengalami penindasan di atas tanahnya sendiri.

Bangsa Papua dianugerahi sumber daya alam yang sangat kaya dan sangat melimpah. Papua adalah tanah yang diberkati Tuhan atau dalam bahasa kerennya akrab disebut “The Land of Paradisse”. Dalam perut bumi Papua terkandung mineral dan bahan tambang yang melimpah. Di atas kulit bumi Papua, tumbuh berbagai jenis tumbuhan yang indah dengan dihiasi sungai lembah, gunung, hutan dan danau yang spektakuler. Keindahan alam tumbuh-tumbuhan itu dihiasi dengan hewan-hewan indah yang hidup dan berkembang di dalam hutannya. Semua ini diperkaya dengan manusia Papua yang terdiri dari berbagai macam suku dan bahsa namun disatukan dengin ciri khas yang menjadi kekhasan manusia Papua yaitu hitam kulit dan keriting rambut.
Di atas tanah Papua yang kaya ini hidup dan berkembanglah manusia Papua. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah “Apakah orang Papua menikmati secara penuh haknya atas tanah yang kaya itu? Apakah manusia Papua sejahtera di atas tanah yang kaya itu? Apakah kekayaan itu menjanjikan kesejahteraan bagi anak cucu orang Papua di kemudian hari? Ataukah sebaliknya?”

Kekayaan bangsa Papua itu menarik sejumlah orang atau kelompok  dari bangsa lain untuk mengeruk, mengeksploitasi dan merampas kekayaan itu dari tangan Orang Papua. Orang Papua tidak diberi kebebasan sepenuhnya atas hak miliknya sendiri. Orang lain mengeruk kekayaan tanah Papua dan orang Papua hanya menjadi penonton. Hanya segelintir orang Papua yang bekerja sama dengan para pencuri itu yang mendapat imbalannya.

Kenyataan ini sama seperti halnya orang Israel ketika ditindas. Orang Papua menjadi sangat terpuruk. Dan banyak dari orang Papua sendiri yang menyebabkan keterpurukan bangsanya.

Bukan hanya alamnya yang dikeruk, tetapi juga orang-orang Papua sendiri ditindas. Pembunuhan dan penganiyaan orang Papua terjadi di sepanjang garis-garis tanah Papua. Darah penindasan orang Papua terus membanjiri Ibu Pertiwinya.

Papua sebenarnya telah merdeka/ “bebas” sebagai negeri yang berdiri sendiri sejak kurang lebih 50 tahun lalu, namun kebebasan itu tidak sepenuhnya ada di tangan bangsa Papua. Dalam perjalanan selama kurun waktu ini, sama halnya seperti perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Orang Papua harus berjuang mengalami penderitaan selama ini untuk menuju kebebasan penuh sebagai Kanaan-nya Orang Papua. Orang Israel bebas dari penindasan orang Mesir dan harus berjalan melewati banyak rintangan untuk menuju Kanaan. Orang Papua telah merdeka, namun belum memperoleh hak penuh atas kebebasan itu. Kekayaan Negeri Papua dikeruk habis-habisan. Penindasan terhadap bangsa Papua terjadi dengan sangat kejam tanpa ada pembelaan yang adil.

Persis seperti orang Israel, orang Papua memiliki kerinduan untuk bebas dari keadaan tidak bebas itu. Tapi mereka tidak punya keberanian untuk bertindak secara terang-terangan karena takut ditindas. Trauma yang mendalam akibat penindasan telah membunuh karakter orang Papua sebagai manusia sejati. Keberanian tidak ada lagi.

Orang Papua membutuhkan sosok seorang seperti Musa yang mampu menghantar mereka keluar dari keadaan ketertindasan ini. Ada banyak sosok-sosok Musa yang telah lahir namun ‘Musa-Musa’ itu tidak mampu menghantar bangsa Papua keluar dari penindasan dan ketidakbebasan ini. Lalu kapankah Musa yang sebenarnya itu muncul? Sebuah pertanyaan reflektif bagi kita.

Istilah ANIMHA (manusia sejati) dalam bahasa Marind dan MIGANI dalam bahasa Moni hanya tinggal kenangan. Manusia dengan martabat yang tinggi itu kini dinodai dengan cap-cap bahwa manusia Papua adalah orang yang bodoh, miskin dan kolot. Hal semacam ini yang kemudian membunuh karakter orang Papua untuk berkembang.

Orang Papua adalah bangsa yang istimewa. Dalam kekayaan adat istiadat dalam suku-suku di Papua, terkandung nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur. Warisan itu masih terbawa hingga sekarang. Manusia Papua adalah manusia yang cerdas. Sudah terbukti bahwa George Saa (dari suku meybrat) mampu memenangkan olimpiade sains tingkat nasional dan internasional. Banyak anak-anak Papua yang berhasil studi di luar negeri. Dalam hal ini orang Papua jangan dipandang sebelah mata. Orang Papua bisa menjadi bangsa yang ditakuti dunia, namun penindasan yang terjadi di Papua menjadi penghambat perkembangan orang Papua.

Kesimpulan

Setelah melihat kenyataan di atas jelas bahwa bangsa Papua sekarang sedang dalam peziarahan menuju kebebasan sejati (kanaan). Banyak penindasan dan kekerasan yang dialami bangsa Papua. Alam mereka dikeruk dan orang Papua sendiri ditindas dan ditipu agar tidak berkembang. Karakter orang Papua dibunuh dengan cap-cap negatif yang di tempelkan pada orang Papua. Oleh karena itu Papua merindukan sosok seorang Musa yang mampu menghantar bangsa Papua menuju kemerdekaan sejati. Merdeka atas apa yang menjadi hak miliknya dan juga merdeka untuk mengekspresikan dan mengembangkan diri. Hak-hak asasi Bangsa Papua harus dikembalikan.

Banyak manusia Papua yang dibesarkan oleh pihak yang menindas Papua namun tak dapat bangkit memihak dan memperjuangkan hak bangsa Papua sendiri. Maka setiap putra dan putri Papua hendaknya memiliki pendirian seperti Musa. Dibesarkan oleh penindas tapi berpihak pada bangsanya sendiri.

Orang Papua telah memiliki modal yang kuat. Kekayaan budaya mengandung banyak nilai-nilai yang bisa dipelajari sebagai strategi untuk menang atas penindasan. Orang Papua memiliki bakat yang variatif dan sangat baik. Manusia hitam kulit keriting rambut jangan diremehkan, mereka perlu diperhitungkan juga


*** Terima Kasih ***.

Umat berdoa Rosario diserang, dianiaya dan dibubarkan oleh sekelompok orang berjubah 30/05/2014

0 comments
Umat Katolik yang sedang berdoa Rosario di Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Julius Felicianus di  Desa Tanjungsari, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diserang, dianiaya dan dibubarkan oleh sekelompok orang berjubah.

Julius juga dikeroyok gerombolan orang tak dikenal itu. Penyerangan dan penganiayaan ini terjadi ketika rumah Julius dipakai untuk doa Rosario. Doa Rosario ini adalah kegiatan rutin umat Katolik secara bergantian dari rumah ke rumah pada setiap bulan Mei, yang adalah Bulan Maria.

Julius mengatakan, awalnya dirinya tengah berada di kantor mengikuti acara doa bersama antar umat beragama. Di tengah acara ia ditelepon anaknya yang memberitahu bahwa rumahnya yang tengah dijadikan tempat ibadah diserang oleh sekelompok orang.

“Anak saya telepon kalau rumah diserang, lalu saya bersama 3 teman langsung meluncur ke rumah,” ujar  Julius Felicianus di Sleman, Yogyakarta, Kamis (29/5/2014) malam.

Sesampainya dirumah, Julius mendapati kondisi rumah seperti jendela sudah dalam keadaan rusak. Sementara suasana sudah sepi dari penyerang. Dia juga melihat beberapa motor milik umat yang terparkir di halaman dalam keadaan jatuh.

Selang 10 menit kemudian, belasan orang yang mengenakan jubah kembali datang. Mereka datang mengendarai sepeda motor. Mereka lalu menganiaya Julius dengan memukuli dan menginjak-injak.  Kepalanya mengalami sobek akibat ditimpa dengan pot.

“Mereka juga menimpa kepala saya dengan pot dan memukul bahu saya dengan besi,” jelas Julius.
Julius menuturkan, penyerangan ke rumahnya terjadi sebanyak 2 kali. Penyerangan pertama terjadi pukul 20.30 WIB dan penyerangan kedua terjadi pukul 21.20 WIB. Julius mengaku tidak hanya dirinya yang dipukul, tapi juga umat yang saat itu melakukan doa Rosario yang juga mengalami penganiayaan.

0530gKondisi Julius Felicianus setelah diserang (Foto)
Bahkan salah satu wartawan Kompas TV, Michael Aryawan, yang datang untuk meliput dipukul di kepala dan wajahnya. Pelaku yang berjumlah 4 orang itu langsung merampas handycam.

Menurut Julius, ada dua orang yang dikenalnya yang melakukan penyerangan. Mereka tinggal tidak jauh dari desa tersebut. Saat ini kasus penganiayaan ini tengah ditangani kepolisian.

Polisi buru pelaku 

Kepolisian DIY menyatakan akan menindak tegas pelaku pembubaran acara agama, penganiayaan umat, dan perusakan rumah  pada Kamis malam 29 Mei 2014.

“Kami sudah mengetahui beberapa orang yang melakukan penganiayaan dan perusakan rumah milik Julius. Nama-nama beberapa pelaku sudah kami peroleh. Poliis sedang mengejar mereka,” kata Kabid Humas Polda DIY AKBP Any Pudjiastuti kepada VIVAnews, Jumat 30 Mei 2014.

Polres Sleman dibantu Polda DIY telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan meminta keterangan dari pemilik rumah dan beberapa jemaah yang sama-sama menjadi korban. Hingga saat ini polisi belum mengetahui motivasi pelaku penganiayaan terhadap umat tersebut.

Sementara Julius mengatakan tahu identitas beberapa pelaku penganiayaan jemaah. “Salah satu pelakunya tetangga saya sendiri. Dia mengontrak rumah tepat di depan rumah saya,” ujar dia.

Selain Julius, para jemaah lain yang sedang khusyuk berdoa juga menjadi korban penganiayaan sehingga harus dirawat di rumah sakit. “Ada ibu-ibu yang dipukuli,” kata dia.

Sumber: liputan6.com, detik.com, vivanews.com diambil dari sini

 

The Gospel of Melanesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com